Sesal



Genangan itu,
kucelupkan kaki ke sana.
Berharap terhisap pusaran waktu.
Demi menebus luka,
yang kuukir dalam dadamu,
menggerogoti habis seisi rasa.

Serupa memeluk kabut.
Sia-sia.

Maaf.
Untuk luka serpihan kaca.
Bagaimana pun, tak bisa kurekatkan lagi tiap bagiannya.

Maaf.
Untuk nyeri remasan kertas.
Bagaimana pun, tak bisa kurapikan lagi lapisannya.

Maaf.
Sebuah kata,
yang tak mampu
menebus sebuah khilaf.

Biar serpihan sesal ini mengekang,
mengungkungku bagai jeruji.
Tempatku bersemayam hingga tua.
Teman setiaku hingga mati.

Audrey Diwantri Alodia
Wednesday, July 29th 2015

Comments

Popular Posts