Maaf

Setiap orang memiliki batasan, dalam hal apa pun, termasuk merasakan sakit.

Beberapa orang ada yang memilih untuk angkat kaki, dan melepaskan apa yang membuatnya terluka demi sebuah bahagia. Sementara yang lainnya memilih untuk memelihara sakitnya atas nama cinta yang berbungkus kesabaran yang berulang-ulang.

Namun ada pula yang meminta maaf.

Sakitnya yang ada di ambang batas membuatnya meminta maaf, memohon sampai bertekuk lutut bagai meminta ampun pada si pemberi sakit jika ia bisa. Ia tak sanggup dan tak mau pergi karena terlalu mencinta, namun dayanya tak kuasa memelihara luka yang sudah jadi benalu dalam dada.

Maka yang ia bisa lakukan hanya meminta maaf.

Maaf untuk sikapnya yang mungkin telah membuat si pemberi sakit melukai. Maaf untuk perilakunya yang mungkin telah mendorong si pemberi sakit menanamkan nyeri. Maaf untuk cintanya yang mungkin menjadi faktor si pemberi sakit tanpa ampun meremukkan hati.

Beberapa dari mereka yang terluka hanya mampu mencari-cari kesalahan mereka sendiri demi sebuah maaf, yang mampu menyelamatkannya dari perpisahan dan kehilangan. 

“ Kamu tak pernah salah, Sayang.
   Kamu begitu, mungkin karena aku yang begini.
   Aku minta maaf.
   Sekarang, kumohon, ampuni aku, hentikan kesakitan ini barang sejenak.
   Kapan-kapan, kalau ada kesempatan dan hatiku sudah utuh lagi, silahkan meremukkannya kembali. Mungkin saat itu, aku berbuat salah lagi.
   Maafkan aku. “


Audrey Diwantri Alodia
Wednesday, September 23rd 2015

Comments

Popular Posts