Hanya Aku dan Kamu (Bukan Mereka)

Halo, Kamu.
Aku menulis ini, bersamaan dengan ikhlasnya langit melepas tetesan hujan. Bukan, bukan berarti Kamu hujanku, meskipun aku adalah langit. Karena Kamu tak pernah ingin aku lepaskan.
Kamu adalah bulanku, yang kucintai setiap waktu, kujaga setiap malam, dan kudekap erat kala hangatnya siang membuatmu terlelap.
Sayang.
Hatiku terlalu kecil, namun rasaku terlalu besar untuk kumampatkan ke dalam sana. Maka, kuharap Kamu mengerti, jika kuluapkan semuanya lewat tulisan.
Kamu adalah serpihan hal sederhana yang terangkai menjadi satu hal istimewa, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan dalam setiap doa pada Tuhan, dan penawar luka yang kurasa waktu pun takkan mungkin mampu sembuhkan.
Aku tak pernah meminta Kamu, namun Tuhan memberiku Kamu. Jadi kurasa, Kamu adalah lebih dari sekedar hadiah dan bahagia untukku.
Sayangnya, tak semua orang mengerti bahwa pertemuan kita bukan hanya sekedar tentang dua manusia yang kedatangan cinta karena terbiasa.
Mungkin yang mereka tahu, aku adalah sepotong puzzle yang terpaksa melengkapi diri dengan potongan puzzle lain yang kebetulan adalah Kamu, karena tak tahan pada ketidaksempurnaan.
Mungkin yang mereka tahu, Kamu adalah aliran air yang terpaksa bermuara pada samudera yang kebetulan adalah aku, padahal perjalananmu hanya menuju laut.
Yang mereka baca hanya epilog cerita kita berdua. Tak pernah disentuh dan dibacanya halaman-halaman yang berisi rangkaian perjalanan sang puzzle menemukan potongannya yang lain, dan sang aliran air yang memilih untuk bermuara pada samudera.
Mereka tak tahu, apa yang tertoreh pada perasaanku sebelum Kamu datang, seberat apa beban yang menyesakkan dadaku sebelum Kamu ada, serta saat-saat di mana kita saling dipertemukan dan Kamu sembuhkan luka ini dengan kesederhanaan.
Aku tak pernah meminta untuk disembuhkan.
Namun Kamu menyembuhkanku.
Membuat luka itu tak pernah meninggalkan bekas lagi pada perasaan.
Membuat aku tak ingin lagi barang hanya menoleh sesaat pada masa lalu.
Aku hanya ingin Kamu dan mereka tahu, betapa berartinya kamu untukku. Karena seorang Kamu, lebih dari sekedar penawar luka dan pemberi bahagia.
Aku tak pernah menutup mata pada setiap kemungkinan adanya dinamika. Namun aku percaya, keseimbangan antara kita akan tetap ada.
Sayang.
Hatiku terlalu kecil, namun perasaanku terlalu besar. Karena luapan perasaan ini tentangmu, maka, maukah kamu merelakan hatimu untuk menjadi tempat rasaku bersemayam?
Tak usah khawatirkan lagi mereka.
Karena dalam sebuah cerita berjudul ‘Kita’,
yang ada hanya aku dan Kamu.
Hanya Aku dan Kamu.

Audrey D. Alodia
Monday, April 27th 2015


Comments

  1. Sebagian tulisannya nggak bisa dibaca. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, warna fontnya sudah kuubah jadi putih ya, jadi sudah bisa terbaca semua :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts